Menikmati Tongseng di Sate Sragen Pak Noto
Sate Sragen Asri, Jln Sudirman depan POM Bensin, Duri
Rabu 20 Januari 2010, Saya, Hery dan Hapsari makan malam di Sate Sragen Pak Noto. Kami bertiga berangkat dari Wisma Mutiara menggunakan mobil Hapsari, sekalian menjemput Bima yang tinggal di wisma lain. Sate Sragen Pak Noto merupakan langganan saya dan Bima kalau makan malam, biasanya seminggu sekali kami makan di situ untuk mengobati kerinduan dengan tongseng rasa Jawa.
Warung sate ini dimiliki oleh Pak Noto, dia asli Sragen dan sudah berjualan sejak tahun 1995. Awalnya dia berjualan gorengan dengan dipikul berkeliling, kemudian meningkat menetap di satu tempat dan akhirnya berkembang menjadi warung sate. Menurut saya dan Bima, rasa tongseng di warung ini yang paling mendekati tongseng di Jogja atau Solo. Menu yang tersedia di warung ini antara lain gule, tongseng dan sate seperti umumnya di warung yang lain, namun ada menu istimewa yang jarang kami temuai di warung lain yaitu garang asem.
Seperti umumnya di warung sate, pesanan akan dibuat setelah kita memesan makanan sesuai dengan keinginan kita. Pak Noto sendiri yang akan memasak tongseng setelah kita memesan. Kebetulan malam ini kami semua ingin.makan tongseng, jadilah kami pesan 4 porsi tongseng, satu untuk kami masing-masing.
Tongseng dimasak di dalam wajan besar yang diletakkan di atas keren [tungku] berbahan bakar arang kayu. Selama memasak, Pak Noto mengipasi tungku agar tetap arangnya tetap membara. Penggunaan tungku dengan arang ini yang mungkin salah satu menyebabkan tongseng pak Noto enak, tentu saja disamping bumbu-bumbu yang diracik untuk bahan tongseng.
Setelah tongseng matang kemudian dihidangkan dalam piring. Seporsi tongseng dihidangkan bersama dengan sepiring nasi. Dari kekentalan kuahnya dan irisan daging serta bau uapnya sudah terbayang kelezatannya.
Setelah semua pesanan tongseng tersaji di meja, kami pun segera menikmati makanan kami masing-masing. Saya makan nasi tongseng ditemani dengan tempe goreng.
Menurut saya, tongseng Pak Noto ini enak, kuahnya agak kental dengan bumbu yang terasa pas di lidah, potongan dagingnya besar-besar dan empuk. Cocok lah untuk menjadi pengobat kangen dengan tongseng Jogja. Menurut teman-teman yang lain rasanya juga nyamleng.
Setelah selesai makan, kami membayar. Untuk berempat kami menghabiskan Rp. 84.000,000, harga yang affordable untuk di Duri dan citarasa nyamleng tongseng. Ditambah lagi suasana warung yang nyaman, sesekali ada kicau burung perkutut dan pemilik warungnya yang ramah.
Daftar Harga:
1. Tongseng : Rp. 16.000,00
2. Teh panas: Rp. 2.000,00
3. Tempe goreng: Rp. 1.000,00
May 11, 2010 at 3:40 pm
wah mantaps…mas Tomo…daripada saya jauh-jauh pulang kampung ke sragen…kalau ke duri bisa yummy di sate dan tongseng pak noto..
May 12, 2010 at 9:03 pm
Ayuuk kapan ke Duri? ntar tak temanin makan tongseng terenak se Duri 🙂
May 28, 2010 at 9:19 pm
Lam kenal Om, Coba soto giring di sragen om… Manteb…
June 4, 2010 at 7:26 pm
Terima kasih infonya, nanti kalau lewat sragen tak mampir ke warung itu.
October 3, 2012 at 8:34 am
bagi2 resepnya dunk, mas… bagi perantau sing adoh omah iso nyobo nggawe dhewe,, kanggo tombo kangen kie,,,
October 16, 2012 at 8:38 am
Emang mantab tongsengnya Pak Noto